Analisis Keterjangkauan Destinasi Wisata di Kota Banjarbaru pada Pejalan Kaki dari Halte Bus

25 September 2024

By: M. Rasyid Ridha

Open Project

Analisis Keterjangkauan Pariwisata Banjarbaru

Analisis Keterjangkauan Destinasi Wisata di Kota Banjarbaru

Pendahuluan

Akses menuju objek wisata merupakan suatu perhatian oleh wisatawan saat melakukan kunjungan. Kualitas jalan umum maupun khusus serta transportasi adalah bagian dari produk wisata (Saragih dkk, 2022). Kota Banjabaru sebagai ibukota Kalimantan Selatan, merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak destinasi wisata yang menarik. Berbagai jenis wisata dapat dijumpai di Kota Banjarbaru mulai dari wisata budaya, wisata taman, wisata air, wisata alam, wisata belanja, wisata religi, wisata permukiman dan wisata lainnnya. Namun, aksesibilitas menuju destinasi pariwisata tersebut masih menjadi tantangan, terutama bagi pengunjung yang menggunakan transportasi umum khususnya bus yang menaikkan dan menurunkan penumpang di halte dan terminal. Berdasarkan hasil observasi Akhmad Nihrawi Hamdi (2022) menemukan bahwa di Kota Banjarbaru masih banyak yang perlu di kembangkan terutama dalam aspek aksesibilitas. Dengan adanya konektivitas dan kontinuitas transportasi publik maka memfasilitasi mobilitas masyarakat. Dalam konteks ini, halte bus berperan sebagai titik penting dalam jaringan transportasi umum, memungkinkan penumpang untuk berpindah dari satu moda transportasi ke moda lainnya, seperti jalan kaki menuju destinasi wisata. Transportasi publik massal yang tersedia saat ini di Kota Banjarbaru adalah Bus Trans Banjar Bakula yang sudah beroperasi sejak tahun 2022. Dalam hal ini untuk beberapa area yang belum terjangkau oleh Bus Trans Banjar Bakula, Pemerintah Kota Banjarbaru melalui Dinas Perhubungan (Dishub) berencana meluncurkan angkutan feeder.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterjangkauan destinasi wisata oleh pejalan kaki dari titik-titik halte bus di kota Banjabaru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai seberapa baik aksesibilitas destinasi wisata di Banjabaru bagi pengguna transportasi umum. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi perencanaan transportasi dan pengembangan pariwisata di daerah tersebut, serta membantu pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan yang lebih baik untuk meningkatkan aksesibilitas.

Metodologi

Batasan lokasi pada penelitian ini adalah wilayah administratif Kota Banjarbaru yang memiliki luas sebesar 305,153 Km2. Untuk mengetahui keterjangkauan objek wisata oleh pejalan kaki, maka penelitian ini menggunakan data sebagai berikut:

  • Titik Halte dan TPB (Titik Pemberhentian Bus)
  • Titik Destinasi Wisata

Data-data tersebut didapatkan dari Geoportal milik Pemerintah Kota Banjarbaru. Lanngkah-langkah penelitiann dapat dilihat pada gambar berikut :

Analisis dilakukan dengan menentukan jangkauan 400 meter dengan jalan kaki dari setiap halte bus dan mengidentifikasi destinasi pariwisata mana saja yang berada dalam jangkauan tersebut. Jarak ini dipilih karena merupakan jarak yang dapat ditempuh dengan mudah oleh sebagian besar orang dewasa dalam waktu yang relatif singkat, sehingga memungkinkan mereka untuk berjalan kaki menuju destinasi wisata tanpa merasa terlalu lelah atau terlalu jauh. Selain itu, jarak ini juga sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/PRT/M/2014 Tentang Pedomannya Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial dengan memanfaatkan layanan Geo Mapid yang memiliki kemampuan analisis isochrone. Isochrone adalah garis yang menghubungkan titik-titit yang dapat ditempuh dalam waktu yang sama dari titik referensi. Dalam konteks penelitian ini, isochrone digunakan untuk menentukan jangkauan waktu yang dibutuhkan untuk berjalan kaki dari halte bus menuju destinasi pariwisata. Alasan menggunakan metode ini adalah untuk memvisualisasikan dan menganalisis secara spasiotemporal keterjangkauan destinasi wisata oleh pejalan kaki dari halte bus, sehingga dapat diidentifikasi dengan jelas mana destinasi yang dapat dijangkau dalam waktu yang relatif singkat. Karena data destinasi wisata berupa titik maka dilakukan ring buffer terlebih dahulu dengan asumsi radius area wisata dari titik wisata adalah sebesar 100 meter.

Langkah penelitian

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data yang didapat, Kota Banjarbaru memiliki 27 titik halte bus dan 3 Terminal Pemberhentian Bus (TPB) yang tersebar. Berdasarkan sebaran titik-titik halte bus dapat diketahui operasional pelayanan bus masih terbatas pada jaringan utama primer dan jaringan kolektor selatan. Sedangkan pada data titik wisata Kota Banjarbaru memiliki 30 titik destinasi wisata yang terdiri dari berbagai jenis berikut :

grafik wisata

Berdasarkan grafik tersebut, jenis wisata di Kota Banjarbaru didominasi oleh wisata taman yang juga ruang terbuka hijau. Kemudian yang terbanyak kedua di Kota Banjarbaru adalah jenis wisata air. Setelah dilakukan buffer pada titik wisata dengan radius 100 meter, maka dilakukan analisis isochrone pada jangkauan 400 meter dengan jalan kaki mennggunakan fitur tool box pada geomapid. Berikut adalah hasil analisis keterjangkauan yang dilakukan, dimana lingkaran berwarna hijau adalah buffer sebesar 100 meter dari titik-titik wisata, sedangkan area polygon adalah area hasil isochrone.

buffer 100 meter

Dari gambar tersebut bisa kita ketahui bahwa ada titik-titik wisata yang dapat dijangkau oleh pejalan kaki sejauh 400 meter dari halte bus. Berikut adalah gambarannya lebih jauh :

Peta Hasil Isochrone

Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya 26,67 % (8 dari 30 ) destinasi wisata yang masuk dalam jangkauan 400 meter dari halte bus. 6 Dari 8 Tempat Wisata tersebut terletak di Kecamatan Banjarbaru Utara. Destinasi wisata yang masuk keterjangkauan pejalan kaki dari halte bus yaitu :

  1. 1.
    Lapangan Murjani (Kec. Banjarbaru Utara)
  1. 2.
    Taman Van der Peijl (Kec. Banjarbaru Utara)
  1. 3.
    Kolam renang idaman (Kec. Banjarbaru Selatan)
  1. 4.
    Museum Lambung Mangkurat (Kec. Banjarbaru Utara)
  1. 5.
    Q-Mall (Kec. Banjarbaru Utara)
  1. 6.
    Taman Pintar (Kec. Banjarbaru Utara)
  1. 7.
    Mess L (Kec. Banjarbaru Utara)
  1. 8.
    Menara 33 (Kec. Banjarbaru Selatan)

Hal ini menandakan bahwa aksesibilitas menuju destinasi pariwisata di Banjabaru masih terbatas bagi pengguna transportasi umum, terutama bagi mereka yang menggunakan bus.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa aksesibilitas menuju destinasi pariwisata di Kota Banjarbaru masih terbatas bagi pengguna transportasi umum. Dengan menggunakan metode analisis spasial dan isochrone, penelitian ini menemukan bahwa hanya sekitar 26,67% destinasi wisata yang dapat dijangkau oleh pejalan kaki sejauh 400 meter dari halte bus. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keterjangkauan destinasi wisata di Banjabaru dari halte bus masih sangat terbatas. Oleh karena itu, direkomendasikan agar pemerintah daerah melakukan:

  1. 1.
    Pengembangan Jaringan Transportasi Umum : Mengoptimalkan rute dan frekuensi layanan transportasi umum untuk meningkatkan aksesibilitas. Rute angkutan feeder dapat disesuaikan dengan melihat urgensi, demand (permintaan), demografi permukiman, dan keterjangkauan pada pusat-pusat kegiatan (termasuk mempertimbangkan destinasi wisata).
  1. 2.
    Perencanaan Terpadu: Mengintegrasikan perencanaan transportasi dengan pengembangan pariwisata untuk menciptakan konektivitas yang lebih baik antara titik-titik penting di kota.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan aksesibilitas ke destinasi pariwisata di Banjabaru dapat meningkat, sehingga dapat mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian lokal.

Penelitian lanjutan yang diperlukan untuk memperjelas hasil penelitian ini adalah survei pengguna untuk memahami preferensi dan kebutuhan masyarakat terkait dengan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi lokal.

Daftar Pustaka

  1. 1.
    BPS Kota Banjarbaru. (2024). Kota Banjarbaru dalam angka/Banjarbaru municipality in figures. BPS Kota Banjarbaru.
  1. 2.
    Hamdi, A. N. (2022). Strategi pengembangan objek wisata oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarbaru. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary.
  1. 3.
    Kementerian Pekerjaan Umum. (2014). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang pedoman perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan.
  1. 4.
    Nurdjanah, N., & Kurniawati, F. (2016). Kinerja pelayanan angkutan kota di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Transportasi Darat, 18(3), 147-170.
  1. 5.
    Saragih, M. G. G., Rahayu, S., Mesra, B. S., & Rahma, A. F. (2022). Manajemen pariwisata. Tungga Esti.
Darimana data diambil ?

Geoportal Kota Banjarbaru

Data Publications

Keterjangkauan Fasilitas Transportasi Publik dan Dampak Ekonomi Regional: Studi Kasus Bandara Kertajati Majalengka

Manufacturing

04 Sep 2025

MAPID

Keterjangkauan Fasilitas Transportasi Publik dan Dampak Ekonomi Regional: Studi Kasus Bandara Kertajati Majalengka

Penelitian ini menganalisis kurang optimalnya operasional Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi regional. Menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif-analitis, penelitian mengevaluasi aksesibilitas transportasi publik dan dampak ekonomi di Kabupaten Majalengka periode 2015-2024. Analisis isochrone menunjukkan keterbatasan konektivitas transportasi dengan hanya Terminal Bus Cipaku yang dapat diakses dalam waktu kurang dari 30 menit. Meskipun PDRB meningkat dari Rp 21,3 triliun (2015) menjadi Rp 41,7 triliun (2023), kontribusi sektor transportasi stagnan di 4% dan investasi PMA-PMDN fluktuatif mengindikasikan bandara belum menjadi daya tarik investasi stabil. Perbandingan dengan Bandara Husein Sastranegara menunjukkan paradoks infrastruktur versus utilisasi: Kertajati dengan investasi Rp 2,6 triliun hanya melayani 230.830 penumpang (ROI -23,1%), sementara Husein Sastranegara melayani 1.947.000 penumpang (ROI 8,7%). Hasil penelitian membuktikan infrastruktur transportasi tanpa dukungan konektivitas memadai sulit mencapai efektivitas operasional yang diharapkan.

21 min read

38 view

KLASIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN CITRA HIPERSPEKTRAL DI DAERAH SEKITAR KABUPATEN SLEMAN

Energy

01 Sep 2025

HIMA SAIG UPI

KLASIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN CITRA HIPERSPEKTRAL DI DAERAH SEKITAR KABUPATEN SLEMAN

Pemanfaatan citra hiperspektral PRISMA digabungkan dengan metode Spectral Angle Mapper (SAM) memungkinkan klasifikasi dan pemetaan bijih besi secara detail di wilayah sekitar Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknologi ini mampu menangkap informasi spektral yang sangat spesifik dari material di permukaan bumi, terutama oksida besi seperti hematit dan magnetit yang dominan dalam bijih besi. Dengan membandingkan sudut spektral antara piksel citra dan spektrum referensi, SAM mengidentifikasi kandungan mineral bijih besi dengan tingkat keakuratan yang diatur melalui nilai batas sudut radian. Nilai batas sudut yang lebih besar memungkinkan deteksi area yang lebih luas namun dengan kemungkinan klasifikasi kurang tepat, sementara threshold kecil menghasilkan klasifikasi yang lebih selektif dan akurat meski cakupan area terdeteksi lebih terbatas. Penelitian ini menemukan distribusi bijih besi yang signifikan di zona vulkanik Gunung Merapi, terutama di sepanjang aliran sungai yang membawa material vulkanik kaya besi. Penggunaan citra hiperspektral dan metode SAM ini memberikan solusi efektif dan efisien dalam eksplorasi mineral dibandingkan metode survei lapangan konvensional dengan biaya dan waktu yang lebih besar.

13 min read

137 view

3 Data

1 Projects

ANALISIS KESESUAIN LAHAN DALAM PEMERATAAN FASILITAS SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN METODE OVERLAY
STUDI KASUS KEBUPATEN CIANJUR

City Planning

15 Aug 2025

Melati Utami

ANALISIS KESESUAIN LAHAN DALAM PEMERATAAN FASILITAS SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN METODE OVERLAY STUDI KASUS KEBUPATEN CIANJUR

Analisis spasial menggunakan GIS untuk menilai kesesuaian lahan dalam mendukung pemerataan lokasi sekolah dasar, guna meningkatkan akses pendidikan yang merata dan berkelanjutan.

23 min read

393 view

1 Projects

Analisis Efisiensi Rute Trans Metro Bandung (TMB)

Transportation

15 Aug 2025

Merryndriani Gabrielia Mour Suardy

Analisis Efisiensi Rute Trans Metro Bandung (TMB)

Bandung kini menyandang predikat kota termacet ke-12 di dunia menurut TomTom Traffic Index (2024). Sejak 2009, Trans Metro Bandung hadir sebagai harapan baru untuk mengurangi kendaraan pribadi dan menghidupkan kembali kepercayaan masyarakat pada transportasi umum. Namun, kenyataannya jumlah penumpang terus menurun, sementara jumlah kendaraan hampir menyamai jumlah penduduk. Publikasi ini mengupas seberapa efisien TMB beroperasi di tiap koridor dan apa yang membuat sebagian wilayah masih tertinggal dalam akses layanan.

19 min read

292 view

1 Projects

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at