Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

24 August 2021

By: Hanif Hidayat

Open Project

Analisis Kerawanan Banjir di Kabupaten Cirebon Dengan Pendekatan Spasial

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

LATAR BELAKANG

Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak dibagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Propinsi Jawa Tengah. Dalam sektor pertanian Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak dijalur pantura. Dengan lokasinya yang berada di wilayah pantura dan berdekatan dengan Kota Cirebon mengakibatkan wilayah tersebut sangat tepat untuk kegiatan industri dan properti.

Namun, walaupun demikian Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah yang masuk dalam kategori rawan bencana banjir. Hal tersebut dikarenakan kondisi wilayah dari Kabupaten Cirebon yang sebagian besar berada di wilayah dataran rendah dan memiliki topografi yang landai. Dengan kondisi seperti itu, mengakibatkan Kabupaten Cirebon sangat rentan akan terjadinya bencana banjir dalam skala kecil maupun besar. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah bagi perusahaan atau masyarakat yang ingin berinvestasi di Kabupaten Cirebon pada bidang properti atau industri.

Banjir sendiri merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai (BNPB, 2013). Untuk melakukan pemetaan analisis wilayah resiko banjir di Kabupaten Cirebon diperlukan bantuan software Sistem Informasi Geospasial. Software Sistem Informasi Geografis yang berupa ArcMap sendiri digunakan untuk mengolah data yaitu seperti memasukan, menuimpan, menggali kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data berupa visualisasi wilayah rawan banjir di Kabupaten Cirebon yang berupa wilayah berpotensi sangat beresiko, cukup beresiko, dan wilayah aman dari bencana banjir.

Dalam pembuatan peta resiko bencana banjir terdiri dari empat variabel, yaitu berupa penggunana lahan, curah hujan, lereng, dan ketinggian wilayah. Ke-empat variabel tersebut dilakukan pembobotan dalam variabel dan antar variabel. Kemudian setelah dilakukan pembobotan, maka dilakukan analisis menggunakan tool Weighted Overlay di ArcMap sehingga akan terlihat wilayah kerawanan bencana Banjir di Kabupaten Cirebon. Seluruh sumber data tersebut didapatkan dari data sekunder yang tersedia di instansi-instansi terkait.

Sumber Data

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

Komponen kerentanan bencana banjir adalah :

1. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu tertentu yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun evaporasi.

Kelas Kerentanan Variabel Curah Hujan

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

2. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik secara permanen maupun secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumber daya buatan secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik secara kebendaan maupun spiritual ataupun dua-duanya.

Kelas Kerentanan Variabel Penggunaan Lahan

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

3. Lereng

Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horisontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat oleh manusia.

Kelas Kerentanan Variabel Lereng

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

4. Ketinggian

Satuan dari ketinggian wilayah adalah mdpl (meter diatas permukaan laut) singkatan ini merujuk posisi suatu daerah jika diukur dari permukaan laut, yang diukur adalah posisi ketinggian.

Kelas Kerentanan Variabel Ketinggian

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

Berikutnya setelah dilakukan penentuan kelas kerawanan pada tiap variabel dari wilayah kerawanan banjir di Kabupaten Cirebon, dilakukan pembobotan pada tiap-tiap variabel. Pembobotan variabel kerawanan banjir tersebut merujuk pada penjelasan dari Paripurno dkk (2006) dimana faktor-faktor terjadinya banjir adalah kemiringan tanah (lereng), rata - rata curah hujan, ketinggian, dan penggunaaan lahan. Berikut pembobotan masing-masing variabel wilayah kerawanan banjir.

Pembobotan Kerawanan Banjir (Paripurno dkk, 2006)

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

Setelah dilakukan pembobotan pada tiap-tiap variabel, kemudian dilakukan pengolahan data yang dilakukan di ArcMap dengan menggunakan tool Weighted Overlay. Weighted Overlay adalah analisis spasial dengan menggunakan teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Salah satu fungsi dari weighted overlay ini adalah untuk menyelesaikan masalah multikriteria seperti pemilihan lokasi optimal atau pemodelan kerawanan.

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

Berdasarkan hasil wilayah kerentanan dapat dilihat bahwa di Kabupaten Cirebon, wilayah yang sangat aman dari ancaman bencana banjir adalah berada di wilayah bagian selatan, tengah, dan barat laut. Persebaran wilayah tersebut didasarkan dari variabel-variabel tadi dimana wilayahnya berada di kondisi topografi yang lebih bergelombang dan berada di wilayah yang lebih tinggi dibandingkan di wilayah utara (pesisir laut). Selanjutnya, variabel curah hujan dan penggunaan lahan juga cukup berpengaruh dimana di wilayah tengah cenderung memiliki curah hujan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah pinggir. Penggunaan lahan di wilayah barat laut, tengah, dan selatan juga didominasi oleh penggunaan lahan berupa lahan terbangun dan hutan.

Luas Wilayah Kerawanan Banjir

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

Wilayah Kerawanan Banjir Kabupaten Cirebon

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa wilayah dengan kelas aman dalam wilayah kerawanan banjir di Kabupaten Cirebon cenderung hanya memiliki luas sebesar 3784 Ha (4%). Berikutnya pada kelas cukup rawan memiliki luas sebesar 19776 Ha (19%). Terakhir pada kelas sangat rawan memiliki luas sebesar 81568 Ha (77%). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Cirebon sebagian besar wilayahnya masih berada pada kelas sangat rawan yang tersebar dibagian utara terutama pesisir laut.

Berikutnya dalam rekomendasi penggunaan data dibagi menjadi dua bagian melalui pemotongan garis tegak lurus, yaitu untuk kepentingan pembangunan properti seperti perumahan pada wilayah Tengah dan kepentingan untuk pembangunan industri pada wilayah Barat Laut di wilayah Kabupataen Cirebon.

A. Kebutuhan Properti

Wilayah yang paling sesuai untuk pembangunan properti seperti perumahan adalah di wilayah bagian tengah dan selatan Kabupaten Cirebon merupakan wilayah urban dan berdekatan dengan pusat kota Cirebon. Oleh karena itu, dengan wilayahnya yang berdekatan dengan wilayah urban Kota Cirebon mengakibatkan wilayah tersbeut sangat cocok untuk dibangun properti berupa perumahan dan lain sebagainya.

B. Kebutuhan Industri

Wilayah yang paling sesuai untuk kebutuhan industri adalah wilayah pada bagian Barat Laut dimana berada berdekatan dengan pintu Tol Cipali. Hal tersebut menagkibatkan wilayah tersebut sangat cocok untuk kegiatan industri dimana akan mempermudah mobilitas logistik dari Kabupaten Cirebon ke wilayah lainnya.

Paripurno,dkk. 2006. Katalog Metodologi Untuk Pembuatan Peta Geo-Hazard, Workshop Kompilasi Metodologi dan Berbagi Pengalaman dalam Pembuatan Peta Rawan Bencana Alam Berbasis SIG. NAD: Bappeda NAD.

BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta: BNPB.

Data Publications

KLASIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN CITRA HIPERSPEKTRAL DI DAERAH SEKITAR KABUPATEN SLEMAN

Energy

01 Sep 2025

HIMA SAIG UPI

KLASIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN CITRA HIPERSPEKTRAL DI DAERAH SEKITAR KABUPATEN SLEMAN

Pemanfaatan citra hiperspektral PRISMA digabungkan dengan metode Spectral Angle Mapper (SAM) memungkinkan klasifikasi dan pemetaan bijih besi secara detail di wilayah sekitar Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknologi ini mampu menangkap informasi spektral yang sangat spesifik dari material di permukaan bumi, terutama oksida besi seperti hematit dan magnetit yang dominan dalam bijih besi. Dengan membandingkan sudut spektral antara piksel citra dan spektrum referensi, SAM mengidentifikasi kandungan mineral bijih besi dengan tingkat keakuratan yang diatur melalui nilai batas sudut radian. Nilai batas sudut yang lebih besar memungkinkan deteksi area yang lebih luas namun dengan kemungkinan klasifikasi kurang tepat, sementara threshold kecil menghasilkan klasifikasi yang lebih selektif dan akurat meski cakupan area terdeteksi lebih terbatas. Penelitian ini menemukan distribusi bijih besi yang signifikan di zona vulkanik Gunung Merapi, terutama di sepanjang aliran sungai yang membawa material vulkanik kaya besi. Penggunaan citra hiperspektral dan metode SAM ini memberikan solusi efektif dan efisien dalam eksplorasi mineral dibandingkan metode survei lapangan konvensional dengan biaya dan waktu yang lebih besar.

13 min read

135 view

3 Data

1 Projects

Analisis Spasial Untuk Pemetaan Wilayah Potensial Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tasikmalaya Tahun 2024

Social

30 Aug 2025

Nuryabilla Utami

Analisis Spasial Untuk Pemetaan Wilayah Potensial Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tasikmalaya Tahun 2024

Pada era digitalisasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi alat penting untuk menganalisis potensi penyerapan tenaga kerja.. Tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 68,92%, namun terdapat 2.619 pencari kerja dan hanya 1.067 yang terserap, menunjukkan adanya mismatch kualifikasi dan ketimpangan distribusi kerja. Analisis spasial ini memetakan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, aksesibilitas, lokasi industri, dan tingkat pendidikan untuk mendukung perencanaan wilayah, pengembangan kawasan industri/UMKM, serta kebijakan peningkatan kesempatan kerja di Kota Tasikmalaya.

27 min read

336 view

1 Projects

Evaluasi Kesesuaian Kapasitas Pelayanan TPS 3R, PDU, dan TPST Kabupaten Banyumas

City Planning

17 Jul 2025

Yasmin Menanda Haliza

Evaluasi Kesesuaian Kapasitas Pelayanan TPS 3R, PDU, dan TPST Kabupaten Banyumas

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis area layanan dan kesesuaian kapasitas pelayanan TPS 3R, PDU, dan TPST terhadap permukiman di Kabupaten Banyumas. Dengan timbunan sampah yang diperkirakan mencapai 450.015 ton per tahun pada 2023, diperlukan pengelolaan yang efektif dan merata. Pendekatan dilakukan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan grid heksagon. Hasil analisis divisualisasikan melalui platform MAPID sebagai dasar pengambilan kebijakan dan penyampaian informasi kepada masyarakat.

11 min read

530 view

1 Projects

PEMETAAN KERENTANAN COVID-19 MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) DI DESA CANDIROTO, KABUPATEN TEMANGGUNG

Health

15 Jul 2025

Departemen Teknik Geodesi UNDIP

PEMETAAN KERENTANAN COVID-19 MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) DI DESA CANDIROTO, KABUPATEN TEMANGGUNG

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan tingkat kerentanan terhadap penyebaran COVID-19 di Desa Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

24 min read

344 view

1 Data

1 Projects

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at