Potensi Lokasi Pergudangan di Kawasan Peruntukan Industri (KPI) BUTOM Kabupaten Sumedang

10 April 2025

By: Andina Adma Fitriyanti

Open Project

Potensi Lokasi Pergudangan

gudang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan REBANA dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan, mengarahkan Kabupaten Sumedang sebagai Kawasan Peruntukan Industri KPI BUTOM yang terdiri dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Buahdua, Ujungjaya, dan Tomo. Kawasan ini dikembangkan dengan spesialisasi industri yang meliputi industri pengolahan makanan dan minuman, industri tekstil, logistik, pergudangan, agroindustri, serta industri furnitur dan barang dari kayu. Penetapan KPI Butom sejalan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 4 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedang yang menyebutkan bahwa akan dilakukan pengembangan kawasan industri kurang lebih seluas 1.523 hektar di wilayah Kecamatan Ujungjaya dan Kecamatan Tomo serta seluas kurang lebih 1.152 hektar di Kecamatan Buahdua. Berdasarkan Rencana Induk Perindustian Kabupaten Sumedang, Industri pergudangan merupakan salah satu industri Unggulan daerah yang menjadi Industri andalan di Kabupaten Sumedang.

B. Tujuan

Mengetahui Potensi Lokasi untuk dibangun Kawasan pergudangan di KPI Butom, Kabupaten Sumedang

II. METODE ANALISIS

Metode analsisis yang digunakan pada analisis ini berbasis spasial menggunakan platform Mapid, data yang digunakan dalam kajian ini adalah sebaran Industri di Kabupaten Sumedang, sebaran Pintu Tol di Kabupaten Sumedang, Fasilitas Transportasi, kemudian dilanjutkan dengan analisis isochrone.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Posisi geografis Sumedang yang berada di antara Bandung, koridor Patimban, dan Bandara Kertajati memberikan keunggulan strategis sebagai hub logistik terpadu. Dengan adanya pembangunan Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) yang menghubungkan Bandung dengan Tol Cipali, Sumedang kini memiliki aksesibilitas yang sangat baik ke berbagai kawasan industri, pelabuhan, dan bandara. Pengembangan kawasan pergudangan di Sumedang berpotensi menciptakan ekosistem logistik terintegrasi yang mengoptimalkan fungsi Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati secara simultan. Model integrasi tiga pilar infrastruktur-Pelabuhan Patimban, Bandara Kertajati, dan kawasan pergudangan Sumedang—dapat menjadi keunggulan kompetitif baru bagi Jawa Barat dalam menarik investasi dan meningkatkan efisiensi rantai pasok untuk aktivitas ekspor-impor, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di wilayah timur Jawa Barat.

Sebaran Industri

Berdasarkan sebaran industri di Kabupaten Sumedang secara keseluruhan, konsentrasi industri tertinggi berada di sebelah barat dan barat daya Kabupaten Sumedang, diikuti oleh bagian tengah, sedangkan bagian timur dan utara memiliki konsentrasi industri yang relatif lebih rendah. Ini ditunjukkan oleh angka-angka yang lebih tinggi seperti 37, 34, 32, 31, dan 25 yang terkonsentrasi di bagian barat dan barat daya peta. Di bagian tengah juga terdapat beberapa titik dengan konsentrasi cukup tinggi seperti angka 17, 14, dan 21. Sementara di bagian timur dan utara, konsentrasi industri tampak lebih rendah dengan angka-angka seperti 2, 3, 4, dan 5.

Sebaran industri KPI

Untuk pengembangan kawasan industri dan pergudangan, dihasilkan analisis berupa kesesuaian Lokasi, Berdasarkan legenda, diklasifikasikan menjadi lima kategori: Sangat Sesuai (hijau tua), Sesuai (hijau muda), Cukup Sesuai (kuning), Tidak Sesuai (oranye), dan Sangat Tidak Sesuai (merah). Distribusi warna pada peta menunjukkan bahwa sebagian besar area didominasi oleh zona merah (Sangat Tidak Sesuai), yang tersebar luas di hampir seluruh wilayah.

insight mapid

hasil analisis ini memberikan arahan strategis untuk fokus pada pengembangan area hijau dan kuning yang terbatas, serta mengoptimalkan konektivitas antara area-area tersebut untuk menciptakan jaringan industri yang terintegrasi. Area Sumedang yang memiliki zona hijau tua tampak menjadi lokasi paling potensial untuk pengembangan kawasan industri unggulan berdasarkan analisis multi-faktor ini sementara di beberapa lokasi seperti di sekitar Jatinangor, Ujungjaya, dan beberapa titik di bagian selatan terdapat area kuning (Cukup Sesuai) dan oranye (Tidak Sesuai) yang masih memiliki potensi pengembangan dengan intervensi yang tepat. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dihasilkan Cukup Sesuai di Kecamatan Ujungjaya diantara ketiga Lokasi KPI Butom

Selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Isochrone di lokasi Kecamatan Ujungjaya yang merupakan lokasi yang cukup sesuai dan di dua lokasi lainnya yaitu Kecamatan Buahdua, dan Kecamatan Tomo, Analisis ini menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan dalam radius 60 menit dari ketiga lokasi KPI Butom didominasi oleh zona berwarna merah dan oranye, mengindikasikan tingkat kesesuaian yang rendah untuk pengembangan pergudangan. Namun lokasi bandara Kertajati dan pelabuhan Patimban serta Pamanukan - Patimban membentuk suatu simpul logistik yang potensial. Dalam radius 60 menit perjalanan, kawasan ini mencakup wilayah strategis seperti Subang, Majalengka, Indramayu, dan sekitarnya, yang memungkinkan aksesibilitas yang sangat baik untuk kegiatan pergudangan dan distribusi barang. Warna-warna pada peta menunjukkan kompleksitas jaringan transportasi dan kemudahan akses antar wilayah.

isochrone

Potensi pengembangan pergudangan di kawasan ini sangat menjanjikan karena kedekatan dengan infrastruktur transportasi kunci. Bandara Kertajati dapat mendukung pergudangan untuk komoditas bernilai tinggi dan membutuhkan pengiriman cepat, sementara pelabuhan Patimban dan Pamanukan-Patimban ideal untuk pergudangan komoditas ekspor-impor dan kegiatan logistik maritim. Keberadaan infrastruktur ini memungkinkan pembangunan kawasan pergudangan terintegrasi yang dapat mendukung pengembangan ekonomi regional Jawa Barat.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan lokasi yang berpotensi untuk dibangunnya kawasan pergudangan adalah di Kecamatan Ujungjaya.

IV. REKOMENDASI

Diperlukan studi lebih lanjut terkait aksesibilitas, legalitas penggunaan lahan, dan perizinan terkait. serta menggunakan data geografis dan sosio-ekonomi guna mendapatkan hasil yang akurat dan sesuai.

IV DAFTAR PUSTAKA

Atthahara, H., & Rizki, M. F. (2019). Analisis Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Dan Dampak Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri Bagi Masyarakat Sekitar Di Kabupaten Karawang. The Indonesian Journal Of Politics And Policy (IJPP), 1(1), 9–21. https://doi.org/10.35706/ijpp.v1i1.1642

Caroline, (2019). Perencanaan Kawasan Industri Terpadu Di Kabupaten Brebes Sebagai Implikasi Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 51 - 64

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 84 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Metropolitan Cirebon – Patimban – Kertajati Tahun 2020-2030

Sekeon, Gabriella S. Analisis Infrastruktur Kawasan Industri Di Kecamatan Kema Dan Kauditan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota .Jurnal Spasial Vol 6. No. 3, 2019. ISSN 2442-3262

Data Publications

KLASIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN CITRA HIPERSPEKTRAL DI DAERAH SEKITAR KABUPATEN SLEMAN

Energy

01 Sep 2025

HIMA SAIG UPI

KLASIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN CITRA HIPERSPEKTRAL DI DAERAH SEKITAR KABUPATEN SLEMAN

Pemanfaatan citra hiperspektral PRISMA digabungkan dengan metode Spectral Angle Mapper (SAM) memungkinkan klasifikasi dan pemetaan bijih besi secara detail di wilayah sekitar Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknologi ini mampu menangkap informasi spektral yang sangat spesifik dari material di permukaan bumi, terutama oksida besi seperti hematit dan magnetit yang dominan dalam bijih besi. Dengan membandingkan sudut spektral antara piksel citra dan spektrum referensi, SAM mengidentifikasi kandungan mineral bijih besi dengan tingkat keakuratan yang diatur melalui nilai batas sudut radian. Nilai batas sudut yang lebih besar memungkinkan deteksi area yang lebih luas namun dengan kemungkinan klasifikasi kurang tepat, sementara threshold kecil menghasilkan klasifikasi yang lebih selektif dan akurat meski cakupan area terdeteksi lebih terbatas. Penelitian ini menemukan distribusi bijih besi yang signifikan di zona vulkanik Gunung Merapi, terutama di sepanjang aliran sungai yang membawa material vulkanik kaya besi. Penggunaan citra hiperspektral dan metode SAM ini memberikan solusi efektif dan efisien dalam eksplorasi mineral dibandingkan metode survei lapangan konvensional dengan biaya dan waktu yang lebih besar.

13 min read

19 view

3 Data

1 Projects

Analisis Spasial Untuk Pemetaan Wilayah Potensial Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tasikmalaya Tahun 2024

Social

30 Aug 2025

Nuryabilla Utami

Analisis Spasial Untuk Pemetaan Wilayah Potensial Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tasikmalaya Tahun 2024

Pada era digitalisasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi alat penting untuk menganalisis potensi penyerapan tenaga kerja.. Tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 68,92%, namun terdapat 2.619 pencari kerja dan hanya 1.067 yang terserap, menunjukkan adanya mismatch kualifikasi dan ketimpangan distribusi kerja. Analisis spasial ini memetakan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, aksesibilitas, lokasi industri, dan tingkat pendidikan untuk mendukung perencanaan wilayah, pengembangan kawasan industri/UMKM, serta kebijakan peningkatan kesempatan kerja di Kota Tasikmalaya.

27 min read

288 view

1 Projects

Dampak Ekspansi Perkotaan Akibat Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage, Bandung terhadap UHI dan Rekomendasi Lokasi  Mitigasi Berbasis NbS

Climate & Disaster

21 Aug 2025

anggita novi

Dampak Ekspansi Perkotaan Akibat Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage, Bandung terhadap UHI dan Rekomendasi Lokasi Mitigasi Berbasis NbS

Urbanisasi pesat mendorong pertumbuhan penduduk perkotaan, termasuk di Kota Bandung yang setiap tahun menerima sekitar 4.200 pendatang. Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage sebagai pusat kota kedua dan pusat inovasi digital memicu alih fungsi lahan, dengan luas sawah di Gedebage menyusut dari 498,85 ha pada 2014 menjadi 130,43 ha pada 2021. Perubahan ini meningkatkan tekanan spasial, mengurangi ruang terbuka hijau, dan memicu fenomena Urban Heat Island (UHI). Minimnya analisis spasial-temporal terkait pengaruh perkembangan kawasan terhadap UHI menjadi alasan pentingnya penelitian ini, yang bertujuan menganalisis perubahan tutupan lahan 2014–2024, mengkaji sebaran dan intensitas UHI serta hubungannya dengan perubahan lahan, menentukan zona prioritas mitigasi UHI berbasis kesesuaian lahan, dan memberikan rekomendasi Nature-based Solutions (NbS) kontekstual seperti pengembangan RTH, green corridor, dan proteksi lahan pertanian.

26 min read

335 view

1 Projects

Analisis Lokasi Potensial Pengembangan Usaha Mie Ayam di Kota Yogyakarta

Food & Beverages

31 Jul 2025

Muhammad Dwi Arfian

Analisis Lokasi Potensial Pengembangan Usaha Mie Ayam di Kota Yogyakarta

Eksplorasi persebaran titik eksisting tempat makan mie ayam dan melihat potensi peluang baru di tengah-tengah persaingan. Artikel ini menyajikan gambaran dan penjelasan singkat terkait bagaimana persebaran dan kepadatan titik eksisting tempat makan mie ayam di Kota Yogyakarta. Selain itu, juga melihat potensi peluang lokasi baru untuk pengembangan usaha mie ayam. Fitur INSIGHT dari GEO MAPID digunakan dalam proses analisis dalam artikel ini.

11 min read

378 view

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at